Menyingkapi "Kegagalan"
Perkenalkan nama saya laylya maulidhatul choirya,
teman dekat ataupun orang yang pertama berkenalan denganku biasa memanggilku
laylya, saat ini umurku sudah genap 19 tahun. 19 tahun hidup rasanya sudah
beberapa kegagalan yang sudah pernah di tempuh. Tapi itu bukan menjadi alasan
untuk terus diam dan tidak melakukan apa apa, apalagi saat-saat itu di tempuh
dengan usia yang menurutku ya masih sangat kecil. Fase terberat dimana setiap
hari saya menangis seolah olah hidup saya berakhir yaitu tahun lalu, setiap
detik menit jam hari rasanya seperti orang yang tidak berguna. Namun ketika
saya realize that everyone pasti
pernah merasakan kegagalan saya mulai tersadar, saya tidak boleh seperti ini.
Masih ada orang tua, adek, teman-teman saya, yang selalu mendukung.
Dan pada saat itu juga saya memahami apa itu arti
kegagalan. Kegagalan bukan sosok momok yang sangat menakutkan namun malah
sebaliknya dia dapat memberikan kekuatan kepada orang. Kegagalan memberikan
kita untuk berjuang lebih, harus memberikan effort
yang lebih banyak lagi untuk mencapai sesuatu yang ingin kita miliki. Dengan
kegagalan kita tahu kekurangan kita, kita lebih tersadar lagi, dan jangan lupa
lebih dekat dengan Tuhan. Dalam sebuah cerita seorang anak pernah bertanya
kepada ibunya “jika semua telah tertuliskan di Luh-Mahfuz, lalu mengapa kita
harus berharap?” lalu sang ibu pun menjawab “mungkin di bab lainya Allah
menulis ‘yang kamu inginkan’ ” tulisan tersebut juga menamparku dalam realita
ketika pada saat down.
Lalu di setiap hari bagaimana aku menerima semua
ini? Bagaimana aku tahu bahwa aku bisa? Bagaimana aku bisa tahu bahwa Tuhan
mempunyai planning yang lebih baik? Bagaimana aku bisa lapang dada dengan skenario
seperti ini? Semua pikiran itu selalu ada di otaku bagaimana, bagaimana cara
menerimanya, lalu ya dengan cara berpikir bahwa ini jalan terbaik untuku, jalan
yang paling menurut Tuhan paling baik. Jangan lupa untuk bersyukur juga. Dan Recovery dari semua cobaan sangatlah
berbeda dari satu orang ke orang lainya, mungkin dengan aku seperti ini mungkin
aku akan lebih baik, namun tidak pada orang lain.
And how to
accept that? How to love ourself, how to realize that everything will be ok.
How to be grateful in everything that we have. Menurutku sebagai makhluk Tuhan yang paling
sempurna, kita harus bersyukur, memang sulit, sangat sulit. Semua orang tau
bahwa itu sulit tapi apakah kita hanya berpikir seperti itu terus, tidak kan? Kalau kita hanya berpikir bahwa kita kurang
cukup, kita kurang ini, kita kurang itu. Itu sangat amat tidak sehat untuk
pikiran kita. Buang semua hal negatif dalam hidup, cukup berpikir positif
bersyukur, dengan semua yang di berikan oleh tuhan. Cari hal-hal positif yang
dapat membangun mood menjadi lebih baik, cari relasi yang positif, jauhi yang
membuatmu menjadi “bukan apa-apa”. Hilangkan semua yang telah menjadikanmu
terpuruk. Selalu accept yourself, this is
me. Ini aku.
Dengan mampu melihat diri penuh rasa sayang meskipun
ada luka yang melekat, kita akan menjadi semakin tangguh dan tabah dalam
menghadapi kesulitan. Kita tidak akan melukai diri kita sendiri lagi, meski
sekadar kata-kata yang diucap. Ketika kita sudah mampu sepenuhnya menyayangi
diri, maka akan terasa lebih indah untuk menyayangi orang lain, bukan?.
Komentar
Posting Komentar